Jumat, 01 Juli 2011

Damai Dalam Kemegahan Spiritual (Tugas TIK)

Tampak dari jalan

Bagi umat Buddha Malang dan Batu tentu Padepokan Dhammadīpa Ārāma sudah tidak asing lagi, sebab tempat ibadah umat buddha ini merupakan salah satu vihara terbesar di Indonesia. Di samping fungsi utamanya sebagai tempat ibadah, vihara ini punya kegunaan yang lain. “Vihara ini selain sebagai tempat ibadah juga merupakan tempat wisata religius, jadi jangan ragu untuk mampir berkunjung ke tempat ini” demikian kata bhante Khantidharo Mahāthera selaku kepala vihara kepada para pengunjung yang datang memadati areal vihara ketika hari-hari libur.
Tempat Biksu


  Padepoka tempat sembahyang

Shwedagon Pagoda yang terlihat jelas ketika kita baru memasuki areal vihara. Ya, sampai saat ini bangunan tersebut menjadi kebanggaan umat buddha di Batu karena pada tahun 2003 yang lalu mendapatkan sebuah piagam dari museum rekor Indonesia sebagai Pagoda pertama dan satu-satunya di Indonesia. Melihat bangunan-bangunan yang berdiri megah ini, ada berbagai ciri khas yang tampak pada setiap arsitekturnya. Dimulai dari pintu gerbang masuk, pada atap gerbang tersebut ada tiga buah stupa yang sangat mudah dikenali bahwa itu mencirikan bangunan buddhis. Masuk ke dalam lagi terdapat sebuah gapura bernuasa Jawa Timur sebagai langkah awal kita memasuki bagian dalam vihara. Ketika kita melangkahkan kaki melewati gapura, tampak dua buah arca Dvarapala bersikap siaga membawa gada di samping kanan dan kiri gapura. Masuk ke dalam lagi terdapat sebuah bangunan megah diberi nama Dhammasala Lumbini. Bangunan ini dijadikan tempat sembahyang utama bagi umat buddha yang ingin melakukan ibadah. Di sebelahnya terdapat bangunan dhammasala yang lebih kecil ukurannya, namanya dhammasala Veluvana. Di samping kanan lagi terdapat sebuah bangunan lantai dua bernama Dānabhojana Guna Graha, yang mana bangunan ini dijadikan ruang makan yang memuat lebih dari tujuh puluh orang penghuni viharaMelihat bangunan-bangunan yang berdiri megah ini, ada berbagai ciri khas yang tampak pada setiap arsitekturnya. Dimulai dari pintu gerbang masuk, pada atap gerbang tersebut ada tiga buah stupa yang sangat mudah dikenali bahwa itu mencirikan bangunan buddhis. Masuk ke dalam lagi terdapat sebuah gapura bernuasa Jawa Timur sebagai langkah awal kita memasuki bagian dalam vihara. Ketika kita melangkahkan kaki melewati gapura, tampak dua buah arca Dvarapala bersikap siaga membawa gada di samping kanan dan kiri gapura. Masuk ke dalam lagi terdapat sebuah bangunan megah diberi nama Dhammasala Lumbini. Bangunan ini dijadikan tempat sembahyang utama bagi umat buddha yang ingin melakukan ibadah. Di sebelahnya terdapat bangunan dhammasala yang lebih kecil ukurannya, namanya dhammasala Veluvana. Di samping kanan lagi terdapat sebuah bangunan lantai dua bernama Dānabhojana Guna Graha, yang mana bangunan ini dijadikan ruang makan yang memuat lebih dari tujuh puluh orang penghuni vihara.
 Pintu masuk Pagoda

 Patung Dewi Quan im di depan pintu masuk Pagoda

Patung  Budha Tidur
Bangunan Shwedagon Pagoda pada pintu masuknya terdapat dua buah arca singa yang melambangkan simbol kekuatan yang dapat menjaga wilayahnya dari serangan musuh.
Sebelum memasuki bangunan, terdapat dua buah arca di sekitar kolam, yakni  Arahat Sivali dan Dewi Kwan Im. Menurut sejarahnya sumber air yang terus mengalir di bawah pohon ini dulunya merupakan sebuah mata air yang diberi nama “belik tengah” oleh penduduk sekitar. Dinamakan demikian karena sumber air ini tepat berada di tengah-tengah perkampungan penduduk.
Pada sisi kanan dan kiri tangga terdapat dua arca naga yang menunjukkan betapa kokohnya taring yang dipunyainya. Pada dinding pagoda terdapat juga relief-relief riwayat hidup Buddha Gotama yang dimulai ketika beliau masih menjadi Bodhisatta atau calon Buddha yang terbuat dari kaca-kaca ukir yang memunyai nilai seni yang sangat indah, sungguh menakjubkan. Yang lebih menarik lagi dalam bilik-bilik pagoda ini terdapat tujuh buah altar/cetiya yang terdapat nama-nama hari disetiap altar. Di lantai satu terdapat sebuah sumber air yang tidak pernah kering meskipun saat itu musim kemarau. Dan seperti yang nampak para umat di sekitar vihara memanfaatkan sumber air ini untuk dikonsumsi. Tentu air sumber ini aman untuk dikonsumsi karena sudah difilter menggunakan sinar ultra violet yang bisa menetralisir berbagai kemungkinan terjadinya penyakit karena air yang tidak bersih.
 Pagoda dari samping

 Pagoda dari jalan masuk

Design menginspirasi pagoda - pagoda asal Myanmar

 Bersama Biksu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar